Niatnya nyari streaming
berita MA yang masi belom jelas diving ke laut ato dibajak, tapi semua stasiun TV
berita lagi heboh hebohnya nampilin debat caleg,
Beberapa pendapatnya
bingungin, beberapa so so, beberapa sok bikin kata kata diplomatis padahal kalo
dipikir pikir lagi ga ada intinya. Kaya lagunya Lorde tuh..
"Making smart with
their words again, well I'm bored.."
Ada juga yang narrow minded
"Saya ga setuju
sistem pendaftaran kuliah pake serba online. Di kampung saya di Suaui (sensor) bahkan
belum ada akses internet, gimana mereka mau bersaing sama anak kota"
Justru karena ada sistem
online lah itu jadi tugas kalian nyediain teknologi ke pelosok desa, kalo mau
dibuat jadul terus kapan pinternya, kapan melek teknologinya, kapan
Indonesia go green *mulai melenceng. Selain itu penerapan IT di sistem
pemerintah bakal mengurangi banyak ketidak efisienan seperti transportasi untuk
mengantar formulir pendaftaran, kecurangan dokumen, de el el.
Cuma sedikit yang cerdas
malem ini.
"Kenapa bisa sampe
ada geng motor/ geng geng lainnya, pemuda kekurangan sarana dan prasarana untuk
ngelampiasin ke arah yang lebih positif"
Simpel tapi bener, coba
deh...ada ga si taman kota yang banyak mainannya (selain di surabaya),
komposisi lapangan bola gratis udah cukup belom di kota kota besar yang sumpek
ama toko usaha, gedung dan rumah rumah, cukup ga si jumlah akses olahraga
gratis (di taman kota, dll). Intinya, fasilitas olahraga harus dibanyakin.
Orang frustasi itu pelariannya salah satunya ke olahraga, kalo anak anak muda yang gabisa diem itu ga difasilitasin, ya larinya ke...yang negatif .
"Pemuda itu butuh
di mentor, mentornya butuh ngereview per waktu yang ditentukan. Misalnya
belajar dari perusahaan swasta, parameter mentor nya jelas, misal per tiga bulan,
nanti kalo tantangan A sudah terjawab, diberi tantangan yang lebih tinggi
tingkatnya"
Bener banget. Cerdas.
Oke banget ini. Di perusahaan saya sekarang, presiden organisasi pemudanya kece badai, walaupun mukanya boros tapi
borosnya itu ternyata larinya ke otak. Briliant. Dia buat mentoring punya sistem, arah dan output yang equal. Semua mentee harus punya sesi presentasi didepan para mentor, dan
parameter penilaiannya akan jelas. Dengan cara ini effort akan terpantik dari
kedua belah pihak. Yang dulu mentee nya cuma dengerin masuk kuping
kanan-->nyantol dikit-->kebilas sinetron -->ilang gara gara
dengerinnya juga sambil mikirin kegalauan hati #tsah , bakalan praktekin apa
yang dia dapet. Kemampuan mereka bakal bertambah karena pengalaman
(mempraktekan). Buat mentor yang nganggep mentoring cuma sesuatu yang harus
diselesaikan bukan di maksimalkan manfaatnya, bakal lebih
prepare dan punya arah yang jelas.
Intinya sistem itu
batang pohon, ide itu air hujan, dan etos kerja itu pupuk nya.
Kalo daunnya mau banyak,
ya buat masing masing 33.3333%
Kalo buahnya mau banyak,
ya buat masing masing 100%
Makanya saya bilang caleg butuh mentoring juga. Misalnya distance 'mentoring' learning dari program para gubernur/ walikota yang kreatif itu; Pak Jokowi, Bu Risma, Pak Ganjar, Pak Ridwan Kamil, de el el.
Biar kebuka horizonnya, ga sempit kaya kamar kos #curhat.